Pada suatu ketika, Negeri Singapura dilanda bencana dahsyat. Ribuan ikan todak berparuh panjang, runcing, dan tajam tiba-tiba menyerang dari lautan luas. Mereka menyerbu penduduk di sepanjang pantai, bahkan masuk hingga ke pelosok dan sungai-sungai.
Penduduk panik, berlarian menyelamatkan diri dari serangan mematikan itu. Sayangnya, sudah banyak yang menjadi korban. Jasad mereka bergelimpangan tak berdaya di pasir pantai. Kabar serangan mengerikan ini segera sampai ke telinga Raja. Baginda Raja segera berangkat menuju pantai, ditandu di atas gajah sebagai tanda darurat.
Setibanya di pantai, Raja menyaksikan pemandangan pilu; banyak korban tergeletak. Baginda pun segera memerintahkan pasukan kerajaan untuk membentuk barisan rapat atau "pagar betis" di sepanjang pantai, bersiap menghadapi todak dengan pedang dan tombak.
Namun, upaya itu sia-sia belaka. Strategi "pagar betis" tidak berhasil menahan gempuran todak. Justru serangan ikan todak semakin ganas dan membabi buta. Todak-todak itu terlalu cepat dan lincah, dengan mudah menerobos barisan dan melumpuhkan pasukan. Tak lama, banyak prajurit ikut tumbang bergelimpangan di samping penduduk.
Raja dan seluruh penduduk dilanda keputusasaan. Ikan todak terasa tak terkalahkan oleh kekuatan manusia. Sementara itu, mereka terjebak; Singapura dikelilingi lautan, dan laut di sekelilingnya dipenuhi ikan todak yang mengamuk. Tidak ada tempat yang aman untuk melarikan diri.
Di tengah kepanikan dan kebingungan itu, muncullah seorang anak laki-laki yang menghampiri Raja. Dengan tenang dan berani, ia berkata kepada Baginda, "Ampun Tuanku, hamba rasa tidak ada gunanya membentuk pagar betis melawan todak dengan pedang atau tombak. Mereka terlalu cepat dan paruhnya terlalu kuat."
Anak itu melanjutkan, "Lebih baik perintahkan pasukan dan seluruh penduduk untuk bergotong-royong membuat pagar tinggi dari batang pisang di sepanjang pantai." Ia menjelaskan idenya, "Ketika muncung ikan todak menusuk batang pisang yang empuk, paruhnya akan tertancap dan tersangkut di sana. Saat itulah pasukan dan penduduk dapat dengan mudah menebas dan melumpuhkan mereka satu per satu."
Raja terdiam sejenak, memikirkan usulan anak itu. Ide tersebut terdengar cerdas dan masuk akal. Beliau pun mengangguk setuju dan segera memerintahkan pasukan bersama seluruh penduduk untuk membuat pagar panjang dari batang pisang di sepanjang garis pantai sesuai saran anak itu.
Setelah pagar pisang itu selesai dipasang, benar saja, bencana mulai teratasi. Ikan todak yang menyerbu pantai mulai menusukkan paruhnya ke batang pisang dan tersangkut di sana, menggelepar tak berdaya. Pasukan kerajaan bersama penduduk dengan sigap menebas dan mengalahkan ikan todak satu per satu hingga habis. Akhirnya, tidak ada lagi ikan todak yang mengamuk di pantai Singapura.
Seluruh penduduk bersuka cita tak terkira karena telah terbebas dari bencana mengerikan ini berkat ide brilian sang anak lelaki. Raja sangat berterima kasih kepadanya. Sebagai bentuk penghargaan tertinggi dari Raja dan seluruh rakyat Singapura, anak itu diangkat menjadi penasihat kerajaan.
Penafian (Disclaimer)
Kisah ini diceritakan kembali sesuai sumber aslinya sebagai bagian dari legenda Singapura. Kami tidak memasukkan detail atau tokoh lain yang mungkin muncul dalam versi berbeda yang beredar di masyarakat dan internet. Nama tokoh utama (anak lelaki cerdas) tidak dicantumkan karena sumber asli yang kami rujuk tidak mencantumkannya secara konsisten atau jelas. Selain itu, pembagian kisah semata-mata ditujukan untuk pemahaman yang lebih bagi pelajar, karena hikmah dari kisah ini akan ditanggapi secara berbeda pula jika disampaikan secara utuh.
0 Komentar
Tulis komentar Anda dengan bijak!