Promosi

Mendalam Tinjau Penerbit Mulok BMR Gahara




Istilah "Gahara" (ڬهرا) merupakan kosa kata Bahasa Melayu lama yang sarat makna, merujuk pada garis keturunan yang murni dan asli. Dalam konteks sejarah, kata ini seringkali dilekatkan pada keturunan raja yang berasal dari ayah dan ibu yang keduanya juga berdarah raja, mereka disebut 'anak gahara'. Namun, makna 'gahara' bisa meluas juga, misalnya untuk menyebut seorang ulama yang memang berasal dari lingkungan keluarga ulama murni. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pun mencatat 'gahara' sebagai nomina klasik dalam sastra Melayu lama, mengartikannya sebagai "keturunan raja yang tulen (ayah ibunya anak raja-raja)".
gahara /ga·ha·ra/ kl n keturunan raja yang tulen (ayah ibunya anak raja-raja)

Kekuatan makna yang terkandung dalam kata 'Gahara' inilah yang menjadi sumber inspirasi utama bagi kami untuk kembali menelusuri dan melestarikan kemurnian akar budaya Melayu Riau. Upaya ini bukanlah perkara mudah. Di tengah era informasi yang begitu terbuka, kita perlu berhati-hati menghadapi berbagai pemahaman yang keliru beredar di masyarakat, terutama di dunia pendidikan. Seringkali, informasi yang tersebar didorong oleh motivasi komoditas atau finansial semata, bukan didasari kajian mendalam. Tak jarang pula, penjelasan yang beredar di internet terkesan absurd, dibuat hanya demi meraih viralitas atau monetisasi konten, tanpa diimbangi riset yang memadai apalagi rasa tanggung jawab.

Oleh sebab itu, melalui wadah Gahara, kami berazam dan bertekad kuat untuk memerlukan setiap usaha guna menyajikan informasi yang benar mengenai budaya Melayu Riau, sesuai dengan alur sejarah dan kemurniannya, selaras dengan makna 'gahara' itu sendiri. Langkah ini diperlukan agar keaslian budaya kita tetap terjaga. Caranya? Kami perlu melakukan pencarian narasumber terpercaya, merujuk pada daftar kepustakaan yang bonafid, serta melakukan pemantauan langsung di lapangan. Dengan pendekatan ini, informasi yang kami berikan diharapkan lebih dapat diterima nalar, dapat dipercaya, dan penuh tanggung jawab.

Azam dan tekad tersebut kami wujudkan melalui tujuh langkah konkret berikut ini:



Langkah Pertama

Penguatan Kelembagaan dengan Badan Hukum
Langkah awal yang diperlukan adalah membentuk fondasi yang kuat melalui pengurusan badan hukum untuk kelembagaan. Ini menjadi krusial, sebab perjuangan pelestarian budaya memerlukan landasan legalitas administratif agar dapat bergerak tanpa kendala dan diakui secara resmi.





Langkah Kedua

Memperbaiki Pembelajaran Arab Melayu
Sebelumnya, pembelajaran Aksara Arab Melayu seringkali menjadi momok, baik bagi siswa maupun orang tua. Kurikulum yang ada seolah memerlukan anak usia Sekolah Dasar untuk langsung menguasai kaidah penulisan yang rumit, sebuah materi yang idealnya menjadi bahasan di tingkat yang lebih tinggi, seperti jurusan sastra dan bahasa. Gahara hadir untuk memperbaiki arah pembelajaran ini, kembali pada tujuan utamanya: membekali siswa SD agar cakap membaca Aksara Arab Melayu. Kemampuan ini sangat diperlukan karena banyak sekali kekayaan lokal, mulai dari kisah, sejarah, legenda, hingga pengetahuan tradisional Melayu Nusantara mengenai teknologi dan pengobatan, yang tersimpan dalam naskah-naskah berhuruf Arab Melayu (Jawi).


Langkah Ketiga

Revitalisasi Muatan Lokal Budaya Melayu Riau
Kami melakukan revitalisasi terhadap mata pelajaran Budaya Melayu Riau sebagai bagian dari Muatan Lokal Wajib di sekolah. Langkah ini diperlukan untuk memastikan keselarasan dengan regulasi yang berlaku, sebagaimana tertuang dalam Permendikbud RI, Peraturan Daerah Provinsi Riau, dan Peraturan Gubernur Riau mengenai pembelajaran muatan lokal. Revitalisasi ini memiliki kaitan erat dengan aspek legalitas penggunaan dana BOS, akreditasi sekolah, hingga sertifikasi guru pengajar.


Langkah Keempat

Pengembangan Sistem Pembelajaran Muatan Lokal
Sistem pembelajaran muatan lokal yang terkadang terasa kaku perlu digubah (bukan sekadar diubah) agar dapat terintegrasi secara harmonis dengan kurikulum nasional. Meskipun Muatan Lokal BMR adalah mata pelajaran yang berdiri sendiri, materi yang disampaikan kepada siswa perlu disajikan sesuai dengan alur sistem pembelajaran nasional dan tidak bertentangan dengan pemahaman umum. Oleh karena itu, perangkat pembelajaran yang disediakan juga mengikuti kebijakan yang berlaku secara nasional.


Langkah Kelima

Pelatihan Intensif bagi Guru dan Calon Guru
Kami menyelenggarakan pelatihan gratis yang sangat diperlukan bagi para guru dan calon guru pengajar Muatan Lokal BMR. Materi pelatihan ini mencakup pemahaman mendasar tentang Mulok BMR, strategi pedagogi yang efektif, penggunaan perangkat pembelajaran, penguasaan materi ajar, serta panduan evaluasi dan penilaian. Nara sumber pelatihan adalah para budayawan Melayu Riau yang memiliki kompetensi mumpuni di bidangnya. Sesi pelatihan juga dapat dilaksanakan berdasarkan permintaan dari Kelompok Kerja Guru (KKG) atau Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pelatihan ini dapat ditanyakan kepada kami.


Langkah Keenam

Penyediaan Buku Pelajaran Berkualitas
Langkah penting lainnya adalah menyediakan buku pelajaran Muatan Lokal Budaya Melayu Riau (Mulok BMR) yang tidak hanya bermutu, tetapi juga dapat dipertanggungjawabkan isinya. Dengan mengusung motto "Gahara - Jelas Lebih Baik", kami sangat memperhatikan kesantunan berbahasa, mengingat "rasa" berbahasa perlu dijaga dalam masyarakat Melayu. Kualitas fisik buku, termasuk bahan, desain tata letak, dan ilustrasi, juga diperhatikan dengan detail. Buku-buku terbitan Gahara kini telah tersedia di beberapa toko buku serta platform belanja online, termasuk dalam sistem SIPLah, untuk mempermudah akses bagi yang memerlukan.

Logo Penerbit Gahara

Langkah Ketujuh

Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Untuk memperlengkapi proses pembelajaran, Gahara juga menyediakan berbagai perangkat pembelajaran modern. Ini mencakup (1) aplikasi yang memudahkan penyusunan silabus, RPP, Prota, dan dokumen perencanaan lainnya; (2) laman sesawang resmi (gahara.id) sebagai pusat informasi; (3) video pembelajaran yang tersedia di saluran YouTube; (4) program Aksara Arab Melayu Digital untuk mempermudah penulisan digital; dan (5) laman komunitas aktif di platform Facebook dan Instagram sebagai sarana berbagi dan diskusi. Perangkat-perangkat ini diperlukan untuk mendukung ekosistem pembelajaran yang komprehensif.

Seluruh upaya yang telah disebutkan di atas tentunya hanya dapat terlaksana berkat kerja sama dan dukungan dari berbagai pihak terkait, dengan tetap berpijak pada peraturan perundang-undangan serta koridor hukum yang berlaku di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kolaborasi ini sangat diperlukan demi mencapai tujuan bersama melestarikan budaya Melayu Riau.

Jika Anda merasa tulisan ini bermanfaat dan perlu dibagikan, silakan share kepada yang lain agar manfaatnya tersebar luas.

Posting Komentar

0 Komentar