Promosi

Hang Nadim: Laksamana yang Dikaburkan Mitos

Gambar imajinatif Hang Nadim, Laksamana Melaka.
Gambar imajinatif Hang Nadim, Laksamana Melaka.


Hang Nadim adalah salah satu laksamana paling berani dalam sejarah Kesultanan Melaka, namun namanya sering tersisih oleh popularitas tokoh seperti Hang Tuah. Padahal, perannya dalam mempertahankan Melaka dari serangan Portugis pada tahun 1511 sangatlah krusial. Artikel ini mengulas secara kritis siapa sebenarnya Hang Nadim, berdasarkan sumber sejarah primer seperti Sejarah Melayu (Sulalatus Salatin) dan Suma Oriental karya Tomé Pires—bukan dari cerita rakyat atau tafsir modern yang belum tentu akurat.

“Mengapa namanya tak seharum Hang Tuah, padahal baktinya bagi negeri tak kalah mulia?”



Jejak Samar Seorang Laksamana

Di balik gemuruh sejarah Kesultanan Melaka, nama Hang Nadim kerap muncul dalam bayang-bayang tokoh yang lebih populer seperti Hang Tuah. Namun, di antara lembaran klasik Sejarah Melayu, tersembunyi kisah tentang seorang laksamana laut yang tak gentar menjaga marwah negerinya.

Hang Nadim disebut sebagai:

  • Panglima laut kepercayaan Sultan Mahmud Shah
  • Pemimpin yang bertahan meski Melaka jatuh ke tangan Portugis
  • Pengiring setia sang Sultan dalam pengasingan

Namun ironisnya, sosok Hang Nadim acap kali dikeruhkan oleh mitos yang tak berdasar.


Membedah Mitos: Anak Siapa Hang Nadim?

Di kalangan masyarakat awam, beredar anggapan bahwa Hang Nadim adalah anak Hang Jebat yang kemudian dibesarkan oleh Hang Tuah. Narasi ini kerap muncul dalam cerita rakyat dan produksi televisi, namun tidak memiliki dasar dalam naskah-naskah klasik.

Sulalatus Salatin—naskah sejarah utama tentang Kesultanan Melayu Melaka—tidak pernah mencatat hubungan darah antara Hang Nadim dan Hang Jebat. Dugaan ini juga tidak disebut dalam dokumen asing kontemporer seperti Suma Oriental karya Tomé Pires.


Tahun 1511: Ketika Melaka Tumbang

Saat pasukan Portugis menyerbu Melaka dengan kekuatan meriam dan kapal perang modern, Hang Nadim tampil sebagai sosok yang tetap teguh. Dalam kekacauan itu, ia:

  • Memimpin pelarian Sultan Mahmud Shah lewat jalur laut
  • Menyusun pertahanan baru di kawasan Johor, Bintan dan Kampar
  • Melakukan serangan kilat terhadap kapal-kapal Portugis di Selat Melaka

Kisah ini tidak hanya tercatat dalam Sejarah Melayu, tetapi juga dalam laporan-laporan Portugis, termasuk Suma Orientalyang ditulis oleh Tomé Pires sekitar tahun 1515. Catatan ini diperkuat oleh Naskah MS 18 yang kini tersimpan di Perpustakaan Bodleian, Universitas Oxford.


Antara Fakta dan Fantasi

Banyak kekeliruan tentang Hang Nadim yang beredar luas, seperti:

  • "Anak Hang Jebat"  Tidak tercatat dalam sumber sejarah utama
  • "Bergelar Lang Lang Laut"  Gelar ini muncul dalam kisah kontemporer yang bersifat hiburan, bukan historiografi
  • Nama Hang Nadim sudah lama dilekatkan sebagai tokoh anak kecil yang berjasa dalam legenda Singapura Dilanggar Todak.

Kekacauan ini kerap terjadi karena:

  • Pengaruh cerita rakyat yang bercampur fiksi
  • Adaptasi televisi dan sinetron yang menyederhanakan alur sejarah
  • Seminar dan/atau situs web populer tanpa dasar ilmiah

Gambar imajinatif Hang Nadim, Laksamana Melaka.


Menemukan Jejak yang Sahih

Bagi yang ingin menelusuri kisah Hang Nadim berdasarkan bukti sejarah yang dapat dipertanggungjawabkan, berikut beberapa rujukan yang direkomendasikan:


📚 Sumber Primer:

  • Sulalatus Salatin (Sejarah Melayu), Tun Sri Lanang, versi Raffles (1612)
  • Suma Oriental oleh Tomé Pires, edisi terjemahan resmi


🏛️ Lokasi Fisik:

  • Muzium Maritim Melaka, yang menghadirkan konteks maritim zaman Kesultanan
  • Galeri Laksamana, Muzium Negara Malaysia, yang menampilkan tokoh-tokoh militer Melayu klasik


🚫 Hindari:

  • Blog atau artikel tanpa daftar pustaka
  • Cerita sensasional tanpa referensi sumber
  • Forum internet atau media sosial sebagai dasar sejarah


Meneladani Tanpa Mengada-ada

“Hormatilah jasa Hang Nadim sebagaimana tercatat, bukan sebagaimana yang kita khayalkan.”

Membaca sejarah adalah membaca diri. Dan dengan menelusuri jejak tokoh seperti Hang Nadim secara jujur, kita merawat ingatan kolektif bangsa dengan integritas.



Referensi Utama:

  • Sulalatus Salatin, versi Raffles (1612), disunting oleh Dr. C.C. Brown
  • Tomé Pires, The Suma Oriental of Malacca, edisi terjemahan Armando Cortesão (1944)
  • Naskah MS 18, koleksi Bodleian Library, Oxford
  • Pameran Galeri Laksamana, Muzium Negara Malaysia

Posting Komentar

0 Komentar