Promosi

Singapura Dilanggar Todak | Bagian 2


Setelah bandar Singapura selamat dari serangan ikan todak, maka, diangkatlah anak lelaki cerdas itu menjadi penasihat kerajaan. Sebuah kedudukan terhormat yang sebelumnya tak pernah diemban oleh seorang anak sekecil dirinya. Rakyat pun bersuka cita atas penunjukan ini.

Hari-hari awal ia lalui dengan penuh semangat, memberikan pandangan-pandangan jernih yang kerap kali memukau Raja dan para menteri. Namun, kecemerlangan si anak tak semua orang yang suka. Di kalangan para pembesar istana, benih-benih iri hati mulai muncul dan tumbuh subur. Mereka saling berbisik, merasa terancam dan tersisih oleh kehadiran dan kepintaran anak tersebut.

Tak lama berselang, para pembesar yang dikuasai dengki itu pun mulai menghasut Baginda Raja. "Ampun Tuanku," sembah seorang pembesar yang paling tunak. "Anak sekecil itu saja sudah memiliki akal secerdas ini. Tidakkah Tuanku khawatir jika besar nanti, kecerdasannya itu malah akan mengancam kedudukan dan takhta Tuanku sendiri?"

Hasutan demi hasutan terus diembuskan ke telinga Raja, bagai racun yang perlahan merusak pikiran. Baginda Raja, yang awalnya menepis, akhirnya termakan juga oleh hasutan tersebut. Kekhawatiran mulai merayapi hatinya. Baginda mulai memandang anak lelaki itu bukan lagi sebagai kawan, melainkan ancaman.

Maka, Raja pun mulai bersekongkol dengan para pembesar kerajaan untuk menyingkirkan si anak. Mereka mulai menyebar berita fitnah ke seluruh pelosok negeri, menyebut bahwa si anak telah berbuat durhaka, bahkan berencana untuk menggulingkan Raja dari takhta.

Rakyat Singapura, yang semula menyanjung dan memuja si anak lelaki itu sebagai penyelamat, perlahan mulai termakan oleh fitnah yang disebar secara masif dan meyakinkan. Dari mulut ke mulut, cerita keburukan si anak bergulir, menutupi jasa besarnya dahulu. Tuntutan agar anak itu diadili dan dihukum pun mulai terdengar dari berbagai penjuru. Kemarahan rakyat inilah menjadi senjata bagi Raja dan para pembesar.



Setelah yakin bahwa kebencian rakyat terhadap si anak telah memuncak, Baginda Raja dan para pembesarnya segera mengambil keputusan. Jabatan penasihat kerajaan dicabut dari pundak anak itu. Sebagai gantinya, hukuman pun telah disiapkan. Si anak lelaki, yang tiada tahu menahu akan persekongkolan keji ini, tetap menjalankan harinya seperti biasa. Pagi itu, dengan langkah ringan ia datang ke istana, bersiap melaksanakan tugasnya sebagai penasihat kerajaan.

Namun, alangkah terkejutnya ia ketika mendapati Baginda Raja dan seluruh pembesar kerajaan telah menunggunya dengan wajah tegang di halaman istana. Tanpa ada kesempatan membela diri, tanpa ada peradilan yang adil, Baginda Raja dengan lantang menjatuhkan dakwaan perbuatan durhaka dan menjatuhkan hukuman bunuh kepada anak yang telah menyelamatkan negerinya itu. Meskipun si anak berusaha menjelaskan, memohon agar didengarkan, suaranya hilang ditelan gemuruh tuduhan.

Dengan kasar, ia ditangkap dan tubuh kecilnya dirantai. Di tengah jeritan pilu dan isak tangisnya yang menyayat hati, ia diseret dari halaman istana. Kemudian, ia dinaikkan ke atas sebuah kapal yang segera berlayar menuju sebuah selat sempit yang terkenal dengan arusnya yang deras dan ganas. Di sanalah, dengan tubuh mungil yang masih terikat rantai dan kakinya telah diberi pemberat, anak lelaki malang itu dicampakkan hidup-hidup ke dalam kegelapan laut yang menelannya tanpa sisa.

Demikianlah akhir tragis seorang pahlawan kecil, yang kecerdasannya pernah menyelamatkan sebuah negeri, namun harus binasa oleh iri hati dan nafsu akan jabatan duniawi. Meskipun bandar kembali aman dari serangan todak, tetapi permata yang tak ternilai harganya harus disingkirkan karena fitnah dan kelicikan orang-orang yang berkepentingan.





Penafian (Disclaimer)

Kisah ini merupakan kelanjutan dari legenda Singapura yang diceritakan kembali berdasarkan interpretasi alur yang umum dikenal. Penyampaian kisah ini semata-mata bertujuan untuk menyampaikan hikmah dan pelajaran yang terkandung di dalamnya, dengan menghargai berbagai versi yang mungkin ada.

Gahara senantiasa berhati-hati dalam penyebutan nama tokoh dalam legenda atau cerita rakyat, karena dikhawatirkan dapat menimbulkan pemahaman yang keliru mengenai kisah sebenarnya dari para tokoh pahlawan Melayu.

Apalagi dalam kisah ini, banyak buku-buku dan laman sesawang (website) yang menyebut nama si anak kecil adalah Hang Nadim. Perlu diketahui, berdasarkan catatan sejarah, Hang Nadim adalah nama seorang pahlawan Melayu yang terkenal karena perjuangannya memimpin armada laut melawan pasukan Peringgi (Portugis) yang saat itu telah menaklukkan Melaka.

***


Posting Komentar

0 Komentar